Saturday, October 15, 2011

aku maafkan kamu

Aku minta maaf di atas segala perbuatanku
Ternyata kamu lebih suci
Dari apa yang kubayangkan
Ada teratak di hujung kampung
Bawah cermin kopak ada kotak
Tersembunyi dalamnya ada tempurung
Sembunyi bawahnya katak melalak…

Aku maafkan kamu…
Tak perlu kita bertemu
Cukup kau tahu
Yang aku…
Maafkan kamu
Tolong teruskan hidup
Jangan sebut namaku…

Atur sepuluh daktil batal yang batil
Detik dua usul ditutup satu lagi tampil
Dari halaman rusuk kiri satu susuk ganjil
Minta diisolasi dari dalil busuk jahil
Aspirasi tak serasi dengan suara bunyi
Ingkar serasi dari penghuni dan keluarga bumi
Surat wasiatnya atas paksi dalam rumi
Minta dikebumikan hidup-hidup dalam guni
Mana cepat terbang atau warna gelang tangan
Buah fikiran aneh tergantung di persimpangan
Halusinasi susuli ketandusan ihsan
Ubat parut auditori kesan artileri insan
Gagal dikesan…
Aku maafkan kamu…
Tak perlu kita bertemu
Cukup kau tahu
Yang aku…
Maafkan kamu…
Tolong teruskan hidup
Jangan sebut namaku..

Timbul tenggelam, timbul tenggelam
Acapkali terpendam, acapkali tersergam
Cermin muka kopak penuh bintik hitam silam
Ini bukan lagu rindu ini madah dendam
Kutimbang tanpa neraca di awal usia
Ku dihukum masuk neraka oleh manusia
Minta tunjuk lubang atau pintu tak dapat jawapan jitu
Jadi aku tak berganjak biarkan saja begitu
Maafkan mereka, mereka tidak tahu
Mereka tidak ramas buku, mereka segan ilmu
Mereka tidak fasih malah fasik guna kata
Kita kongsi nama bangsa tapi tidak kasta bahasa
Maafkan mereka, mereka tiada nilai
Ibu bapa lalai dari kecil dah diabai
Tanpa kasih sayang, mereka suka menyakiti
Kita kongsi warna mata tapi tidak warna hati
Atas kepala murai sekawan
Mari ku ramit kucup lehernya
Terlalu rahi dendam di angan
Sampai terkacip mulut mahirnya…

No comments:

Post a Comment